Ecomerce mungkin bisa menjadi salah satu alternatif bagi Usaha Kecil dan Menengah dalam memasarkan produknya. Bagaimanapun juga Ecomerce bukanlah untuk menggantikan proses bisnis yang sudah berlangsung secara konvensional, tetapi sebagai pelengkap bisnis usaha kecil. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa ukm penting memanfaatkan ecomerce, yang pertama adalah publikasi, publikasi online relatif lebih murah dibandingkan dengan publikasi melalui media lain. Tinggal bagaimana menjadikannya efektif, dan juga tergantung segmen pasar yang dibidik. Publikasi online yang sukses mampu mendorong customer melakukan transaksi online. Jika kedua hal tersebut bisa tercapai tentu tinggal memanage alur bisnis usaha kecil melalui media online.
Akan tetapi tidak sedikit pelaku E-comerce di Indonesia yang awalnya cukup sukses kemudian surut atau bahkan lebih banyak yang belum sempat sukses dan akhirnya hilang tidak berbekas. Ada sebuah penelitian dan analis yang cukup menarik mengenai pelaku E-comerce di Indonesia yang bisa dijadikan pelajaran sebelum pelaku usaha kecil dan menengah melangkah ke E-comerce. Tulisan ini dikutip dari tulisan “Menyibak Kinerja Pemain E-Commerce Lokal” oleh Sudarmadi yang dipublikasikan di Swa online.
Di tengah gagalnya banyak situs e-commerce, beberapa pemain e-commerce lokal mampu bertahan, bahkan ada yang tetap profitable. Seperti apa model bisnis dan strategi bertahan mereka?
Dua bulan lalu Erman Harianja sempat bertanya-tanya soal keberadaan situs online travel lokal, Travoo.com. Ia hendak menyiapkan acara liburan panjang saat Lebaran lalu. Tiga tahun sebelumnya ia sempat memakai jasa perusahaan online itu untuk mengurus perjalanan wisatanya. Kini ketika mencoba browsing ke situs itu, hanya muncul tulisan “This site is under construction”. “Kayaknya sudah tutup,” begitu Erman menduga.
Dugaan Erman tak salah. Travoo.com, salah satu situs penyedia jasa online travel yang sempat sangat poluler di awal kelahirannya beberapa tahun lalu, hanyalah satu dari ratusan atau mungkin ribuan situs e-commerce lokal yang akhirnya harus menutup cerita. Sebagian besar mereka memang berusaha realistis, tak mungkin hidup berdasarkan harapan bahwa ke depan bisnis online akan ngetren dan menjadi salah satu media transaksi penting. Buktinya, setelah menunggu beberapa tahun, revenue yang dihasilkan situs-situs e-commerce itu tak kunjung menutup ongkos operasional, misalnya untuk kebutuhan koneksi, hosting serta gaji pegawai. Dengan alasan tak ingin lama berdarah-darah, para pemilik situs e-commerce lokal memilih cabut dari bisnis online ini. Atau, tak sedikit juga pengelolanya kembali ke jalur profesional di perusahaan brick & mortar (non-online). Itulah kenyataan yang terjadi pada kebanyakan situs e-commerce lokal (situs-situs lokal yang masih aktif dan non-aktif bisa dilihat di Tabel).
Namun, tak semua situs e-commerce lokal telah tamat riwayatnya. Ada beberapa pemain yang masih bertahan dan mampu menggaet pendapatan yang bisa menghidupi. Boleh dibilang, mereka yang saat ini masih bertahan adalah yang sukses dalam proses seleksi alami. Hanya saja, perjalanan yang mereka lewati juga tak bisa dikatakan tanpa pertaruhan yang menegangkan. Dari pengamatan SWA, beberapa di antara mereka bahkan bisa bertahan karena mengadaptasi strategi baru sesuai dengan realitas yang mereka hadapi.
Sebut saja, Glodokshop.com, Bhinneka.com, Indo.com dan e-Samuel.com. Bila diamati, situs e-commerce — bentuk dan jenis barang yang diperdagangkan bisa bermacam-macam — lokal yang bisa bertahan hanyalah yang benar-benar ditopang model bisnis yang jelas dengan potensi pasar yang benar-benar riil.
Indo.com contohnya. Sejak awal situs ini didesain sebagai portal untuk reservasi perjalanan secara online, khususnya reservasi hotel. Berbeda dari portal sejenis lainnya, Indo.com tak membidik wisatawan lokal yang hendak ke luar negeri atau booking hotel di luar negeri, tapi fokus membidik wisatawan yang hendak datang ke Indonesia (inbound tourism) atau booking hotel di Indonesia, khususnya di Bali. “Dari dulu fokus kami wisatawan inbound,” ujar Eka Ginting, pendiri dan CEO Indo.com.
Dengan model bisnis seperti ini, wajar jika Indo.com tak terlalu dipusingkan dengan lambatnya tingkat penetrasi Internet di Indonesia yang menjadi penyebab klasik kegagalan perusahaan e-commerce lokal. Maklum, yang lebih disasar Indo.com adalah pengguna Internet di luar negeri yang umumnya sudah tak asing dengan Internet. Lebih-lebih, tambah Eka, pengelola hotel di Bali dan kota-kota besar di Indonesia rata-rata tak sulit diajak bekerja sama membangun sistem reservasi hotel secara online bersama melalui Web Indo.com. Terbukti, hingga saat ini 400-an pengelola hotel di Indonesia — khususnya hotel di Bali, Lombok dan Yogyakarta — mempercayakan pengelolaan reservasi online-nya pada Indo.com. Pendapatan Indo.com diperoleh dari fee yang diberikan pengelola hotel jika proses reservasinya melalui situs ini.
Eka menjelaskan, saat ini kinerja bisnis e-commerce-nya masih cukup bagus. Dari sisi jumlah pengakses, misalnya, tiap bulan rata-rata situs Indo.com diakses 500 ribu orang, sementara situs Paketrupiah.com lebih dikhususkan untuk wisatawan lokal — yang juga miliknya diakses 50 ribu orang. Namun, ia mengakui, setelah terjadi tragedi Bom Bali I 2002, bisnis Indo.com benar-benar anjlok. “Kami drop 90% alias tinggal 10% karena wisatawan asing takut ke Indonesia,” kata Eka yang pernah berkarier sebagai konsultan di McKinsey. Tahun 2003 proses pulihnya agak lambat karena masih didera isu SARS dan Perang Irak. Nah, bisnis Indo.com mulai mendapatkan momentum untuk melejit lagi tahun 2004. “Tahun 2004 kami happy sekali dan semua unit bisnis profitable,” ujarnya mengklaim.
Tak mengherankan, tahun 2005 tim Eka berharap kinerjanya meningkat lagi. Selain itu, juga ada harapan bahwa wisatawan asing yang lama tak mengunjungi Bali akan kembali datang tahun ini. Bahkan, umumnya kalangan pengelola wisata di Bali pun yakin bahwa kunjungan wisatawan asing ke Bali akan naik sekitar 300% dibandingkan dengan tahun 2004. Harapan itu sebenarnya bukanlah mimpi kosong. Terbukti tahun 2005 Indo.com masih tumbuh lebih baik daripada 2004. “Tapi, pertumbuhannya memang tak semencengangkan yang diharapkan banyak orang. Tak sampai ratusan persen,” kata Eka.
Malang tak bisa ditolak. Tragedi Bom Bali II yang baru saja terjadi mengurangi jumlah wisatawan yang booking secara online melalui Indo.com. “Jelas berpengaruh walaupun tak separah Bom Bali I,” ujar Eka. Ia memaparkan, sebelum Bom Bali II, sejumlah hotel besar di Bali yang menjadi mitra Indo.com punya tingkat hunian 90% lebih. Namun setelah kejadian, hanya di bawah 60%. Nasih lebih mujur dialami hotel-hotel melati yang tingkat huniannya tetap bagus. Dari sejumlah wisatawan yang menggunakan jasa Indo.com, sesaat setelah kejadian Bom Bali II ada 10% yang mempersingkat kunjungan, yang sudah booking tapi kemudian membatalkan sekitar 20%, dan jumlah forward booking turun 24%.
Walau demikian, Eka sangat yakin, ke depan bisnis e-commerce-nya mampu bertahan. Alasannya, kinerja dari tahun 2003 ke 2004 bisa naik dua kali lipat. “Kami yakin sekali, bila tak ada kejadian yang aneh-aneh seperti bom, bisnis ini sudah tumbuh sustainable dan profitable. Kami sudah bisa hidup dari sini,” ujar Eka sembari mengatakan, bisnis portal e-commerce-nya merupakan bisnis yang sudah jadi, apalagi merek Indo.com diklaimnya cukup kuat. Karena itu, Eka yang kini memperkerjakan 40 orang berharap agar tak terjadi lagi musibah seperti bom yang bisa mengacaukan minat wisatawan asing datang ke Tanah Air, khususnya Bali.
Hanya saja, diakui Eka, Indo.com pun pernah mengalami masa sulit hingga perlu melakukan efisiensi dengan rasionalisasi karyawan dan pemindahan kantor ke lokasi yang tarif sewanya lebih murah. Langkah ini dilakukan khususnya setelah Bom Bali I, yang memang memukul telak para pemain industri wisata.
Sementara Indo.com termasuk situs e-commerce yang mampu tetap hidup di bisnis travel online, di bisnis online stock trading, pemain yang cukup eksis ialah e-Samuel.com. Situs ini go online sejak 2002 dengan positioning menjadi mediasi untuk transaksi penjualan saham melalui Internet (online). e-Samuel, tak lain, merupakan anak usaha Samuel Sekuritas yang merupakan salah satu perusahaan broker saham yang punya nama di Indonesia. Seperti broker saham umumnya, dilihat dari model bisnisnya, penghasilan e-Samuel.com juga didapat dari fee yang ditarik dari investor yang melakukan transaksi saham (baik jual maupun beli) melalui situsnya ini.
Hingga kini bisnis penjualan saham melalui media online di e-Samuel.com tetap bertahan. Mereka bisa bertahan karena melakukan sejumlah perubahan strategi juga. “Dulu kami besar, dilihat dari kuantitas pemakai transaksi online. Sekarang fokus kami bukan semata-mata banyaknya pemakai, namun besarnya nilai transaksi per masing-masing member kami,” Ikhwan Martias, pengelola yang juga Direktur e-Samuel.com, menjelaskan. Jadi, pihaknya tak semata-mata fokus pada besarnya customer base.
Tak mengherankan, awalnya, persyaratan menjadi anggota begitu dipermudah dan sejumlah layanan di e-Samuel digratiskan. Kini cara itu tak ditempuh lagi. Strategi itu, dinilai Ikhwan, tak menguntungkan. Maklum, setelah dicermati, untuk melayani customer base yang besar butuh sumber daya yang juga besar untuk mem-back up layanan online itu. Sementara dilihat besarnya revenue yang dihasilkan masing-masing pelanggan online, tak semuanya memadai. “Kalau kami ikuti arus pasar waktu itu, bisnis online kami menjadi terlalu berciri ritel. Di situ back office kami belum cukup siap,” katanya.
Dengan alasan itu, tak mengagetkan, beberapa layanan kemudian digabung dan disederhanakan. “Awalnya, kami punya sekitar 10 layanan online. Sekarang tinggal tiga layanan,” tutur Ikhwan sembari merinci ketiga layanan itu: online trading, online info dan online stock tournament. Kini, setelah tiga tahun berjalan, media transaksi saham milik e-Samuel terus dimanfaatkan investor. “Dalam sehari rata-rata ada 500-1.000 order transaksi saham melalui e-Samuel.com,” ujarnya. Ia menambahkan, tahun lalu perusahaannya menerima penghargaan sebagai perusahaan bursa yang mempunyai sistem teknologi terbaik.
Soal besarnya nilai transaksi harian yang melalui e-Samuel.com, Ikhwan mengaku tak bisa memastikan. “Keaktifannya sangat tergantung (pada) sentimen bursa secara umum,” ujarnya. Namun, kalau dirata-rata, tiap bulan nilai transaksi saham melalui e-Samuel.com sekitar Rp 30 miliar. Memang, jumlah yang tak kecil. “Dulu basis pelanggan kami banyak, tapi nilai transaksinya tak sebesar itu. Setelah kami fokus di volume, revenue bulanan jadi lebih besar.”
Selama ini, menurut Ikhwan, ada dua jenis pelanggan e-Samuel. Pertama, mereka yang menjadi anggota Samuel Sekuritas karena memang otomatis diberi account untuk bertransaksi secara online. Kedua, non-anggota yang tertarik memanfaatkan layanan e-Samuel.com. Anggota jenis kedua ini ditarik uang pendaftaran dengan nilai tertentu, sedangkan anggota jenis pertama dibebaskan dari biaya registrasi.
Bila dipetakan, selama ini pengguna situs e-Samuel.com ialah kalangan investor usia 30-50 tahun. “Investor yang usianya sudah tua umumnya tak terlalu mengerti Internet, sementara yang berusia di bawah 30 tahun memang mahir Internet namun tak punya duit banyak untuk main saham,” paparnya. Dilihat latar belakangnya, pelanggan layanan online ini kebanyakan nasabah individual dari sektor keuangan (finansial), telekomunikasi dan TI. Sementara itu, pelanggan korporat kebanyakan perusahaan luar negeri atau lembaga dana pensiun dalam negeri.
Ikhwan optimistis, bisnis penjualan saham online ini berprospek cerah. Alasannya, situasi bursa saham Jakarta membaik dalam beberapa tahun terakhir. “Bursa kita terbaik di regional tahun lalu. Ke depan, saya tetap optimistis, bursa saham kita masih termasuk salah satu terbaik di regional,” ujarnya. Untuk itu, pihaknya mengembangkan berbagai upaya pemasaran. Khususnya, mencari mitra distribusi atau jalur baru untuk memperluas pasar secara elektronik. Misalnya, bekerja sama dengan kalangan perbankan, dengan memberikan alternatif investasi buat penggunaan layanan private banking dan consumer banking.
Sumber:
Menyibak Kinerja Pemain E-Commerce Lokal,oleh Sudarmadi, Swa online.
Home » Information Technology » Ecomerce Bagi Usaha Kecil Dan Menengah
Thursday, August 4, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment