Monday, August 8, 2011

Belajar Membangun Bisnis Online

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pelaku-pelaku bisnis online di Indonesia, sebelum melangkah membangun bisnis online utamanya  bagi Usaha Kecil Dan Menengah. Tidak sedikit usaha bisnis online yang gagal dan akhirnya tidak berbekas. Kebanyakan memang bisnis online merupakan penunjang bagi bisnis yang sudah berjalan secara offline, tetapi bukan tidak mungkin membuat eksis bisnis usaha kecil melalui bisnis online tanpa di dahului bisnis offline yang sudah mapan. Pada tulisan terdahulu sudah dituliskan mengenai beberapa cerita pelaku bisnis online baik yang sukses maupun yang tidak. Pada tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan terdahulu yang membahas mengenai seluk-beluk bisnis online.

Yang menarik, bila dicermati, kebanyakan pemain bisnis online lokal yang bertahan hingga kini datang dari kalangan penyedia produk jasa. Sementara untuk layanan perdagangan barang, relatif lebih sedikit. Hal ini juga diakui Hendrik Tio, CEO dan pemilik situs bisnis online jual-beli barang-barang elektronik, Bhinneka.com. Hendrik menjelaskan, sebenarnya kunjungan ke situsnya bisa dikatakan sangat baik. Tiap hari tak kurang dari 20 ribu pengunjung mengakses situs ini. Namun jangan kaget, walau dikunjungi sebanyak itu, yang murni transaksi online hanya sekitar 2%. Rupanya, kebanyakan orang Indonesia lebih suka bertransaksi secara offline. “Mereka lebih yakin dengan mendengar suara orang, atau agar bisa menawar maupun untuk menyakinkan bahwa ada yang mengelola situs itu,” ujar Hendrik.
Di situs Bhinneka.com dijual hampir semua produk yang terkait dengan komputer, mulai dari PC, notebook, server hingga periferal dan perangkat jaringan. “Kami juga menawarkan solusi seperti jasa sewa dan instalasi,” Hendrik menambahkan. Soal siapa pelanggannya, ia melihat, tiap produk memiliki konsumen masing-masing. Namun, ia mengamati, pada waktu-waktu tertentu – misalnya menjelang Lebaran — produk gadget seperti digital camera, PDA, notebook dan ponsel sangat populer dan laku. Hendrik mengklaim, bisnis Bhinneka.com yang mulai go online sejak 1999 terus tumbuh dengan baik. “Kami masih dapat tumbuh 45% setiap tahun dibandingkan dengan industri komputer yang rata-rata tumbuh 20%-25%.”
Kendati begitu, Hendrik mengaku merasa sedikit iri terhadap apa yang terjadi di luar negeri, khususnya di negara maju. Proses transaksi di sana hampir 100% dilayani sistem berbasis komputer. Di sana semuanya sudah percaya pada media online, sehingga tak perlu lagi menelepon atau menulis e-mail. Di Indonesia, keinginan menelepon ataupun mengirim e-mail menanyakan kejelasan produk masih sangat besar. “Akibatnya, situs lebih merupakan informasi pre-sales. Banyak pengunjung kami yang sekadar melihat dan membandingkan informasi harga,” kata Hendrik membuka dapurnya. Anehnya, dari kebiasaan seperti itu akhirnya terbentuk komunitas. Sehingga, kalau Bhinneka.com tidak meng-update atau salah dalam informasi produk atau harga, tim Hendrik sering dimarahi pengakses situs. Jadi, secara tak langsung Bhinneka.com sudah menjadi situs publik.
Hendrik mengaku rata-rata menghabiskan sekitar Rp 1 miliar/tahun untuk investasi peralatan, SDM dan menyewa bandwidth. “Tapi, kami cukup senang karena selain mampu menyumbang transparansi informasi dan harga, kami juga mendapatkan cipratan bisnisnya,” katanya berterus terang. Sayang, ia tak mau mengungkapkan detail pendapatannya dari bisnis online ini. Ia hanya menjelaskan, pengakses situsnya 75% adalah laki-laki, dan separuh lebih (55%) tinggal di Jakarta. Pengakses terbesar berikutnya dari Surabaya dan Bali.
Hanya saja harus diakui, bertahannya Bhinneka.com juga tak lepas dari topangan bisnis offline mereka. Maklum, Hendrik pada 1993 mendirikan bisnis penjualan produk-produk komputer tersebut secara offline – membuka toko di Gunung Sahari, Jakarta, bahkan masih tetap menjadi andalan. Dari tahun ke tahun jenis barang dagangannya pun terus bertambah.
Tanpa dukungan bisnis konvensionalnya, untuk bisa sukses berbisnis online di Indonesia memang amat sulit. Agaknya, kita bisa belajar dari kasus toko buku online Sanur.com yang awalnya sempat sangat agresif, kemudian tutup sementara, dibuka lagi dengan semangat baru, tapi kini gaungnya tak terdengar lagi. Mungkin akan lain ceritanya bila sejak awal Sanur.com di-back up perusahaan penerbitan yang sudah kuat.
Umumnya, pemain bisnis online yang sukses adalah yang menyasar pengguna Internet dari luar negeri, seperti Indo.com. Beberapa pengusaha kerajinan dari Bali — salah satunya mantan Bupati Gianyar, Made Kembar Karepun — juga lumayan sukses jualan online dengan omset puluhan juta rupiah per bulan karena menyasar pembeli dari mancanegara.
Toh, ada juga situs bisnis online yang masih bertahan hidup karena disuapi induk perusahaannya yang bergerak secara offline. Hal terakhir ini terjadi karena beberapa situs bisnis online sering difungsikan lebih sebagai alat pemasaran, sehingga walaupun merugi tetap dipertahankan. Situs seperti ini tak secara langsung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan, tetapi untuk menopang citra merek bisnis offline-nya. Contohnya, situs TokoLG.com. Meski jumlah transaksinya tak besar, situs ini tetap dipertahankan karena menjadi alternatif saluran pemasaran produk LG di Indonesia.
Apakah berarti masa depan bisnis online lokal tak terlalu cerah? Hendrik mengaku optimistis. Keyakinan ini ia dasarkan pada makin bertambahnya komunitas pengguna Internet dalam negeri. “Anak-anak muda bahkan anak-anak SD sekarang mulai mengerjakan PR menggunakan Internet,” katanya. Apalagi, dengan semakin aktifnya Telkom terjun mengembangkan jaringan broadband hingga ke daerah-daerah. Hal ini membuka kesempatan buat masyarakat luas mengakses Internet secara lebih cepat dengan harga terjangkau harganya. “Kami percaya, suatu saat sama seperti handphone, yang awalnya berupa telepon mobil bisa meledak pangsa pasarnya karena semakin murah dan mudah dalam penggunaan,” ujar Hendrik. Strategi yang dipilih untuk bisnisnya adalah mengembangkan bisnis online dan offline bersama-sama.
Optimisme Hendrik barangkali tak salah. Namun, kalangan pengelola bisnis online memang harus terus memperbaiki diri. Tugas berat mereka bukan semata memperbaiki dan menampilkan situs yang menarik, tapi juga meningkatkan kemampuan back office dalam memproses order yang masuk dan menangani kebutuhan pelanggan lainnya. Tentu saja, strategi promosi, termasuk public relations, pun penting dilakukan.

0 comments:

Post a Comment

 
hostgator coupon code